Sejarah Dasasila Bandung: Prinsip, dan Hasil Konferensi Asia Afrika

Sejarah Dasasila Bandung: Prinsip, dan Hasil Konferensi Asia Afrika

Sejarah memang tak pernah berhenti memberikan pelajaran penting bagi umat manusia. Salah satu peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah peradaban dunia adalah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. Konferensi ini memunculkan satu kelahiran dokumen penting yang dikenal sebagai Dasasila Bandung.

Dokumen ini menjadi landasan bagi negara-negara Asia dan Afrika dalam menentukan sikap dan tindakan di panggung internasional. Mari kita telusuri sejarah, prinsip, dan hasil dari Dasasila Bandung ini.

Sejarah Dasasila Bandung

Konferensi Asia Afrika (KAA), yang juga dikenal sebagai Konferensi Bandung, adalah pertemuan antara 29 negara Asia dan Afrika yang berlangsung dari 18 sampai 24 April 1955 di Bandung, Indonesia. Konferensi ini diadakan sebagai respons terhadap ketegangan dan konflik yang terjadi setelah Perang Dunia II dan untuk mengatasi tantangan-tantangan baru yang muncul di dunia pasca-kolonial.

Konferensi ini adalah pertemuan pertama antara negara-negara Asia dan Afrika dan menjadi tonggak sejarah dalam pembentukan gerakan Non-Blok. Salah satu hasil paling signifikan dari KAA adalah Dasasila Bandung, sebuah pernyataan tentang prinsip-prinsip yang membentuk hubungan antara negara-negara Asia dan Afrika.

Prinsip Dasasila Bandung

Dasasila Bandung adalah satu deklarasi yang berisi sepuluh prinsip dasar dalam hubungan antarnegara. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk mempromosikan perdamaian dan kerjasama antara negara-negara yang berpartisipasi dalam Konferensi Bandung. Berikut adalah sepuluh prinsip Dasasila Bandung:

  1. Menghormati hak asasi manusia dan tujuan serta prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

  2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.

  3. Mengakui persamaan semua ras dan semua bangsa, besar atau kecil.

  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam urusan domestik negara lain.

  5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.

  6. Tidak menggunakan ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara lain.

  7. Penyelesaian sengketa internasional melalui cara-cara damai seperti negosiasi, konsiliasi, arbitrase, atau pengadilan serta cara-cara damai lainnya yang dipilih oleh pihak-pihak yang bersengketa.

  8. Menghormati hukum internasional dan kewajiban perjanjian internasional.

  9. Mendorong kerjasama di antara negara-negara berdasarkan saling menghormati dan saling menguntungkan.

  10. Menghormati hak dan kewajiban suveran negara dalam mengejar kebijakan ekonomi dan sosial mereka masing-masing.

Hasil Konferensi Asia Afrika dan Dasasila Bandung

Konferensi Bandung tidak hanya menghasilkan Dasasila Bandung, tetapi juga meninggalkan beberapa dampak penting lainnya. Pertama, konferensi ini memperkuat posisi negara-negara Asia dan Afrika di panggung internasional dan membantu memperluas pengetahuan dan pengertian antara negara-negara di dua benua tersebut.

Kedua, konferensi ini mempromosikan prinsip-prinsip perdamaian dan kerjasama yang diabadikan dalam Dasasila Bandung. Prinsip-prinsip ini terus menjadi pedoman bagi negara-negara Asia dan Afrika dalam membentuk kebijakan luar negeri mereka.

Ketiga, konferensi ini juga membantu memperluas jaringan kerjasama antara negara-negara Asia dan Afrika. Dalam tahun-tahun berikutnya, banyak negara di kedua benua ini yang menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih erat.

Sebagai penutup, Dasasila Bandung dan Konferensi Asia Afrika pada umumnya merupakan tonggak penting dalam sejarah hubungan internasional dan perjuangan negara-negara Asia dan Afrika untuk mencapai kemerdekaan dan kedaulatan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Dasasila Bandung terus menjadi relevan sampai sekarang dan menjadi inspirasi bagi banyak negara dalam menavigasi tantangan dan peluang di era globalisasi ini.